Fathul hayati arlian

Saya adalah seseorang yang biasa-biasa saja, dilahirkan di kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Sejak remaja saya senang deng...

Selengkapnya
Navigasi Web

CERITAKU HARI INI ( KETIKA GADIS BEA CUKAI KU MENANGIS )

Oleh : Fathul hayati Arlian

Tantangan hari ke-105

#TantanganGurusiana

 

 

Hari ini, selepas sembahyang magrib, tiba-tiba putri kedua  kami  yang tinggal dan bekerja di Tanjung Balai Karimun  telepon, begitu saya terima telepon nya dari seberang sana sudah terdengar tangisannya yang begitu keras, kami  yang sedang berkumpul di depan televisi semua kaget mendengar tangisannya, lalu saya minta dia menyelesaikan dulu tangisnya baru bercerita tentang “ada apa koq dia bisa menangis sebegitunya?”.

Lalu dia bercerita kalau tadi di kantor dia habis dimarah-marahin oleh seorang pegawai yang bekerja  di Kapal yang ingin  memasukkan data kelahiran anaknya, tapi dia belum memiliki  KK dan Akte untuk  anaknya yang  baru lahir tersebut, dia hanya membawa surat kenal lahir. Padahal anaknya sudah lahir pada bulan Maret lalu.  Putri saya menjelaskan bahwa tidak bisa membantu si bapak kalau persyaratan yang diminta belum ada. Dan si Bapak marah-marah, di situlah yang membuat putriku tertekan dan merasa terpuruk.

Sebagai ibu saya mencoba menenangkan putri saya semampu saya, setiap saya Tanya kronologinya putri saya menyatakan bahwa dia tidak salah dan sudah merasa dia sudah melayani costumer dengan baik. Perlahan tangisan di seberang sana mulai mereda, walau masih sulit untuk mengubah dongkol nya menjadi kenyamanan, tapi setidaknya kami sudah berusaha menjadi pendengar dan tempat curhat yang baik untuk putri kami.

Putri saya baru setahun ini bekerja di Tanjung Balai Karimun (TBK) , tepatnya di kantor Bea Cukai wilayah TBK. Dia lulus SMA pada tahun 2017 lalu, dan kemudian mendapatkan kesempatan kuliah di Program  D1 PKN STAN, dan setelah lulus mendapatkan tempat tugas di kantor Bea Cukai Tanjung Balai Karimun.

Sebetulnya, kalau dilihat dari segi usia, dia memang masih muda sekali untuk menjadi seorang ASN / PNS, sementara teman sebayanya masih asyik menikmati kehidupan kampus dan menjalani kegiatan perkuliahan, dia sudah harus menjalani kegiatan rutin sebagai PNS yang kerjaannya lumayan banyak. Tapi demikianlah,  kami tidak bisa berbuat lebih, ketika itu selepas SMA  dia memang sangat bersemangat dan berjuang keras agar bisa kuliah kedinasan di PKN STAN.  Kami hanya mendukung dan memberikan fasilitas pendukung untuk mewujudkan impiannya, sebagai orangtua kami menyerahkan sepenuhnya pilihan setiap anak-anak kami untuk kelanjutan pendidikannya.

Kalaupun sekarang dia mulai merasa banyak mengeluh / lelah dengan pekerjaannya itu sebenarnya manusiawi saja, dia masih dalam tahap beradaptasi dengan dunia kerjanya, hidup terpisah lumayan jauh juga dari kami,  belajar benar-benar hidup mandiri di kampung orang lain itu bukan hal yang mudah, tapi kami  selalu memompa semangatnya untuk terus bertahan demi karir  dan masa depannya.

Sebagai Ibu,  dalam hati sejujurnya saya agak cemas ketika dia mendapat tugas di TBK, tapi karena di awal itu dia sangat semangat  dan memang sudah terikat dengan  perjanjian kedinasan jadi kami hanya membantu mempersiapkan segala sesuatunya dengan  sebaik mungkin. Jika di kemudian hari ada keluhan atau semangatnya yang turun naik sebagai ibu saya harus menyiapkan berbagai cadangan solusi nasehat dan  kata-kata penyemangat.

 Hal serupa ini juga pernah dialami putri pertama saya, yang juga nekat memilih bekerja selepas lulus dari SMK. Kami sudah menasehati agar dia mencoba melanjutkan kuliah lebih dulu, tapi dia terlalu semangat untuk memilih bekerja , dan kami juga tidak bisa mengatur dia lebih jauh. Kami hanya mengantarkan dia di teras rumah ketika dia berangkat kerja dan menetap di kota bandung.  Tahun-tahun pertama dia bekerja dengan senang dan enjoy dengan pekerjaannya, sampai pada suatu hari dia merasa ada di titik jenuh dengan turinitasnya, tekanan pekerjaan dan mungkin persaingan dengan  rekan sejawat, hingga pada malam itu dia menangis dengan sebenar-benar menangis, mengadukan segenap perasaan lelah bekerja nya di hadapan saya, ibunya.

Disinilah saya memahami betul, bahwa untuk memasuki dunia kerja bagi ABG zaman now itu yang utama harus disiapkan adalah “mental”.  Hal ini pula yang sering saya nasehatkan kepada murid-murid saya di SMK tempat saya mengajar.  Rata-rata  anak alumni SMK yang telah lulus, semangat sekali melamar pekerjaan, begitu pekerjaan sudah di dapat dan mereka sudah menjalaninya, tidak lama langsung “resign” dengan alasan yang  beragam, tapi paling sering yang dipakai sebagai alasan adalah “gaji yang tidak cocok” dan “tidak bisa jauh dari orangtua”.

Dan kali ini dialami lagi oleh putri kedua saya. Sayapun harus siap dengan pendampingan yang ekstra  melebihi pendampingan saya ketika murid-murid saya bermasalah dengan pekerjaannya. Semoga cerita sederhana saya ini bisa menjadi bahan perenungan dan pembelajaran bagaimana kita bersikap sebijaksana mungkin ketika anak-anak kita mendapati masalah di dunia kerjanya…

Kita memang harus selalu ada untuk anak-anak kita, dalam kondisi apapun. Suka ataupun duka.

 

 

OmahGulon, 3 Juni 2020

Fathul hayati Arlian

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post